Judul saya


isi halaman

TAG

3 AMAL MANUSIA

Filled under: ,

3 AMAL MANUSIA YANG DISUKAI GUSTI ALLAH



  1. SHOLAT
  2. BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
  3. JIHAD  FISABILILLAH




      Sholat
Shalat (Bahasa Arab: صلاة; transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah pemelukagama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah.
Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

       Berbakti kepada orang tua
                  Berbakti pada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak, akan tetapi kenyataan yang kita lihat sekarang malah sebaliknya, seakan-akan orang tua yang harus taat dan berbakti pada anak. Padahal jika dicerna secara akal, sudah seharusnya kita taat dan berbakti pada mereka atas apa yang kita dapat dari perlindungan mereka, kasih sayang mereka, membiayai hidup kita, mendidik kita, menyekolahkan kita, dan sebagainya.
Di samping itu Islam juga telah mewajibkan kita untuk taat dan berbakti kepada keduanya, dan melarang mendurhakai keduanya. Oleh karena itu di sini saya akan membahas tentang fadilah-fadilah (keutamaan) berbakti pada orang tua serta akibat dari durhaka kepada keduanya, baik itu dari firman Allah SWT, sunnah, dan kisah-kisah para salafu-s soleh.

a.       Dari firman Allah SWT:

1)       “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’:23)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita kewajiban dan pentingnya berbakti pada orang tua, sebagaimana diletakkan di urutan kedua setelah kewajiban iman kepada Allah SWT. Kemudian ayat tersebut juga menerangkan larangan durhaka kepada kudua orang tua, yang mana digambarkan dengan ucapan “ah” dan membentak. Kalau mengatakan “ah” saja terhitung durhaka bagaimana dengan yang lebih dari ucapan “ah”? Seperti menolak jika disuruh, marah pada keduanya, apalagi sampai melawannya. Na’udzubillahi min dzalik…!

2)       “Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar.” Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka.” (QS. Al Ahqaaf: 17)
Ayat di atas menerangkan tentang ancaman durhaka pada keduanya.  Kemudian Allah SWT juga mengajarkan kepada kita tentang bagaimana jika orang tua bertentangan dengan agama kita. Dijelaskan dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 8:

3)       “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu dan bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”  dijelaskan juga dalam surat Luqman ayat 15:

4)       “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

b.       Dari Sunnah Rosulullah saw:

1)       Abdullah bin mas’uud berkata, aku bertanya pada Rasulullah saw, amal apakah yang paling disenangi oleh Allah? Beliau saw bersabda:“Shalat pada waktunya” “Kemudian apa?” Berkata saw: “Kemudian berbakti pada kedua orang tua” “Kemudian apa?” Berkata saw: “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
2)       Rasulullah saw bersabda’: “Ridlo Allah dalam ridlo orang tua, dan murka Allah dalam murka orang tua.” (HR. Tirmidzi)
3)       Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah saw: “Apa hak orang tua atas anaknya?” Beliau saw bersabda: “Keduanya adalah surgamu dan nerakamu.” (HR. Ibnu Majah)
4)       Rasulullah saw bersabda: “Termasuk dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah dan durhaka pada kedua orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beberapa hadist di atas merupakan sebagian dari sekian banyak hadist yang menerangkan tentang wajibnya berbakti pada kedua orang tua dan haramnya durhaka pada keduanya.

c.        Dari kisah-kisah para salafu-s shaleh:

1)       Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak! meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan).”
2)       Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata): “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam?” Ia menjawab: “Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya.”
3)       Dari Anas bin an-Nadhr al-Asyja’i dia berkata, “Suatu malam ibu Ibnu Mas’ud meminta air. Ibnu Mas’ud pun mengambil air, lalu dibawa kepada ibunya. Ternyata ibunya telah tertidur. Maka dia pun berdiri menunggui ibunya hingga pagi.”

Sungguh indah jika anak-anak mau berbakti pada orang tua. Setelah kita tahu bagaimana durhaka itu sendiri, maka jangan sekali-kali kita mengucapakan kata “ah” apalagi yang lebih dari itu yang menyakitkan hati keduanya! Karena murka Allah SWT ada pada murka keduanya.
Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.

      Jihad Fisabilillah
                  Apa itu perjuangan Jihad Fisabilillah?.
                  Abuya Sheikh Imam Ashaari Muhammad at-Tamimi, dalam bukunya bertajuk AQIDAH MUKMIN I telah mentakrifkan arti perjuangan jihad fisabilillah (dalam waktu aman) adalah sebagaimana berikut:
Perjuangan jihad fisabilillah ialah perjuangan yang bernar-benar kerana ALLAH dan untuk ALLAH semata-mata. Hanya benar-benar satu jihad menegakkan agama ALLAH dan hukum- hukum ALLAH samata melibatkan yang Wajib, yang Sunat, yang Makruh maupun yang Haram. Mana-mana hukum yang Harus diperjuangkan agar menjadi ibadah.


0 komentar: